Doli-Doli: Permainan Tradisional Anak Perempuan dari Sumatera

Doli-Doli: Permainan Tradisional Anak Perempuan

Di tengah maraknya permainan digital dan gawai, permainan tradisional seperti Doli-Doli menjadi jejak warisan budaya yang perlu di lestarikan. Doli-Doli adalah permainan rakyat yang berasal dari daerah Sumatera Utara, khususnya di kenal di kalangan anak perempuan suku Batak Toba. Permainan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengandung nilai edukatif, sosial, dan budaya yang mendalam.

🎯 Asal Usul dan Makna

Kata “Doli-Doli” berasal dari bahasa Batak yang berarti “anak laki-laki”. Namun dalam konteks permainan, Doli-Doli justru di mainkan oleh anak perempuan sebagai bentuk permainan peran atau simulasi kehidupan rumah tangga. Anak-anak berperan sebagai ibu, ayah, anak, atau tokoh masyarakat lain seperti dukun dan pedagang.

Permainan ini biasanya di mainkan secara berkelompok, di halaman rumah, lapangan sekolah, atau ladang, dengan peralatan seadanya seperti daun-daunan, potongan kayu, batu kecil, dan peralatan dapur mini yang di buat dari bahan alam.

🏡 Cara Bermain Doli-Doli

Doli-Doli mengandalkan imajinasi dan kreativitas anak-anak. Mereka membentuk keluarga-keluargaan, membuat rumah-rumahan, memasak-masakan dari tanah liat atau daun, dan memerankan berbagai adegan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada aturan baku, karena permainan ini bersifat spontan dan imajinatif.

Nilai-nilai yang di ajarkan antara lain:

  • Gotong royong dan kerja sama

  • Pembagian peran sosial

  • Pengenalan tanggung jawab dalam keluarga

  • Kreativitas dan komunikasi

Bagi anak-anak Batak di masa lalu, Doli-Doli adalah sarana utama untuk belajar tentang peran gender, nilai-nilai kekeluargaan, serta berinteraksi sosial secara alami.

🌱 Nilai Budaya dan Filosofis

Permainan ini mencerminkan struktur sosial masyarakat Batak yang kuat dalam kekerabatan dan peran keluarga. Anak-anak belajar memahami struktur peran dalam masyarakat sejak dini. Meski sederhana, Doli-Doli memperkuat rasa empati, kepemimpinan, dan pengambilan keputusan.

Doli-Doli juga menjadi ruang anak-anak untuk mengekspresikan emosi dan berimajinasi tanpa tekanan, berbeda dari permainan berbasis teknologi yang cenderung pasif dan kompetitif.

📉 Ancaman Kepunahan dan Upaya Pelestarian

Sayangnya, seiring berkembangnya zaman, permainan tradisional seperti Doli-Doli mulai di tinggalkan. Gawai dan televisi telah mengambil alih ruang bermain anak. Banyak generasi muda yang tidak lagi mengenal permainan ini.

Namun beberapa komunitas adat dan lembaga budaya di Sumatera Utara telah berupaya melestarikan permainan Doli-Doli melalui festival budaya, kurikulum muatan lokal di sekolah, hingga pertunjukan edukatif di taman kanak-kanak dan sanggar anak.