Kain Tapis Lampung: Warisan Tekstil Emas dari Bumi Ruwa Jurai

Kain Tapis Lampung: Warisan Tekstil Emas

Kain Tapis adalah tenunan tradisional asal Lampung yang memadukan benang kapas/sutra dengan motif sulaman benang emas atau perak. Hasilnya adalah kain sarung yang kaya makna budaya dan estetika


🌿 Asal-Usul & Filosofi

  • Di perkirakan mulai di kenal sejak abad II Masehi, berkaitan dengan teknik brokat nampan dan pelepei masyarakat Lampung kuno

  • Awalnya di gunakan sebagai simbol penghormatan pada leluhur dan di pakai saat upacara adat—pernikahan, pengambilan gelar, hingga acara keagamaan

  • Motif seperti bunga, fauna, geometri, kapal, bahkan kaligrafi Islam, bukan sekadar dekoratif—mereka merepresentasikan status sosial, kesucian, dan keagungan alam serta Tuhan


đź§µ Teknik & Material Produksi

  • Kain dasar di tenun secara tradisional menggunakan benang kapas atau sutera. Motif kemudian di sulam (cucuk) dengan benang emas atau perak

  • Pewarnaan menggunakan bahan alami seperti daun pacar (merah), kulit mahoni (coklat), dan kunyit (kuning)

  • Prosesnya rumit dan memerlukan ketelitian tinggi; lama pengerjaan bisa berminggu-minggu per helai


🎖 Ragam & Fungsi

  • Terdapat berbagai jenis tapis sesuai fungsinya: Tapis Jung Sarat (pengantin), Raja Medal (kelas atas), Silung, Linau, dan lain-lain, di sesuaikan dengan acara dan status pemakai

  • Di era kini, tapis juga di gunakan sebagai hiasan dinding atau dekorasi, melampaui fungsinya sebagai pakaian .


đź’ˇ Inovasi & Modernisasi

  • Beberapa UMKM seperti Lampung Ethnica & Evi mengolah motif tapis dalam produk modern: kaos, tas, outer, sampai aksesori rumah

  • Forum Lampung Craft memperkenalkan teknik baru, seperti bordir dan kombinasikan benang tembaga/kristal sebagai alternatif benang emas yang langka dan mahal

  • Perajin lokal, lewat kesadaran heritage dan pasar global, terus mengembangkan desain kontemporer agar tapis relevan dan berkelanjutan .


đź’¸ Nilai Ekonomi & Sosial

  • Nilai kain tergantung usia, ketelitian sulaman, serta jenis benang—beberapa tapis asli (tua) bisa di hargai ratusan juta rupiah

  • Produksi tapis mendorong ekonomi lokal: membantu perempuan Lampung (muli-muli) berpenghasilan––mempertahankan kearifan lokal