1. Sejarah Panjang & Kebanggaan Lokal
Pulau Bangka dan Belitung telah lama menjadi pusat produksi lada di Indonesia. Catatan Dinasti Tang abad ke-7 menunjukkan bahwa lada dari wilayah ini telah dikirim ke Tiongkok selama masa Kerajaan Sriwijaya. Masa Belanda juga mencatat lada sebagai sumber kesejahteraan rakyat setempat .
2. Produksi Domestik Mendominasi
Sebagai produsen utama lada hitam dan putih, Bangka Belitung menyumbang sekitar 37–39 % produksinya terhadap total nasional, yakni sekitar 33–35 ribu ton per tahun
3. Kualitas Tanpa Tandingi
Lada hitam dari Bangka memiliki kadar piperine 5,8–7,2 %, melampaui rata-rata nasional (2,8–3,2 %)—ini membuatnya lebih pedas dengan aroma khas yang kuat
4. Proses Budidaya & Panen
Tanaman lada (Piper nigrum) dibudidayakan secara tradisional berjejaring pada pohon penopang seperti pohon sahang, sengon atau akasia. Petani menyemprot pestisida hingga pucuk daun menggunakan pompa manual. Pemanenan lada hitam dilakukan saat buah hampir matang, lalu dijemur utuh bersama kulitnya hingga mengeras dan berubah menjadi hitam
5. Nilai Ekonomi & Peluang Bisnis
-
Lada hitam kerap digunakan sebagai tambahan rasa pada steak, pasta, dan aneka masakan internasional berkat kepekatan rasanya
-
Produk lokal seperti Billiton Spice telah memperkenalkan kemasan modern dengan sistem penggilingan langsung dari botol, menunjukkan potensi ekspor dan pemasaran nasional
6. Khasiat Tinggi bagi Kesehatan
Rempah ini kaya manfaat: bersifat antiperadangan, antioksidan, antibakteri, serta bermanfaat untuk pencernaan, metabolisme, dan kinerja otak—semua berkat kandungan piperine serta vitamin dan mineral lainnya