Peci Songkok adalah penutup kepala tradisional yang telah menjadi bagian penting dari busana adat masyarakat Makassar, Sulawesi Selatan. Songkok bukan sekadar pelengkap pakaian, melainkan simbol kehormatan, martabat, dan identitas laki-laki Bugis-Makassar, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam acara adat, keagamaan, dan kenegaraan.
Asal-Usul dan Filosofi
Songkok di yakini telah ada sejak ratusan tahun lalu dan mendapat pengaruh dari budaya Islam yang berkembang di Nusantara. Di Makassar, songkok berkembang sebagai bagian tak terpisahkan dari pakaian adat pria, seperti jas tutup, baju bodo pria, serta sarung tenun sutra khas Bugis-Makassar.
Secara filosofis, songkok mencerminkan kesopanan, ketundukan kepada Tuhan, serta kematangan seorang pria. Dalam tradisi lokal, seorang lelaki yang mengenakan songkok menunjukkan bahwa ia telah siap mengemban tanggung jawab sosial dan spiritual dalam keluarga dan masyarakat.
Ciri Khas Songkok Makassar
Songkok Makassar umumnya berwarna hitam dan berbentuk oval melingkar dengan permukaan datar. Bahan yang di gunakan bisa dari beludru, kain katun, atau bahan sintetis, tergantung pada fungsi dan kelas sosial pemakainya. Beberapa jenis songkok di beri hiasan benang emas atau motif khas sebagai penanda status dan keindahan estetika.
Berbeda dengan songkok Melayu yang lebih tinggi dan kaku, songkok Makassar cenderung lebih rendah dan ringan, sehingga nyaman di kenakan dalam berbagai aktivitas, mulai dari acara formal hingga kegiatan ibadah harian.
Makna Sosial dan Budaya
Songkok tidak hanya di pakai dalam konteks budaya, tetapi juga dalam kegiatan keagamaan seperti shalat dan perayaan hari besar Islam. Dalam upacara adat Bugis-Makassar seperti pernikahan, songkok menjadi bagian penting dari busana pengantin pria, menegaskan status dan kesiapan seorang pria untuk menjalani peran baru sebagai suami.
Songkok juga menjadi simbol kesatuan dan kebanggaan etnis. Dalam konteks modern, banyak tokoh masyarakat, pejabat daerah, hingga mahasiswa Makassar mengenakan songkok dalam acara resmi sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya leluhur.
Pelestarian dan Inovasi
Meskipun songkok tradisional tetap lestari, kini banyak kreasi songkok modern yang di modifikasi dengan tambahan motif etnik Sulawesi Selatan, seperti motif kapal pinisi, ukiran Toraja, atau simbol-simbol kerajaan Gowa. Inovasi ini di lakukan agar songkok tetap relevan dan menarik bagi generasi muda tanpa menghilangkan nilai historis dan filosofisnya.
Pengrajin songkok di Makassar dan sekitarnya terus memproduksi songkok dengan kualitas tinggi untuk kebutuhan lokal maupun luar daerah. Beberapa bahkan telah menembus pasar nasional sebagai produk kebanggaan Sulawesi Selatan.