Kain Sasirangan adalah warisan budaya khas suku Banjar di Kalimantan Selatan yang kaya akan nilai sejarah, spiritualitas, dan estetika. Sebagai salah satu dari 33 kain tradisional yang di akui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Sasirangan tidak hanya menjadi simbol identitas budaya, tetapi juga cerminan dari kearifan lokal yang telah di wariskan secara turun-temurun.
Asal Usul dan Makna Spiritual
Kisah asal-usul Sasirangan berkaitan erat dengan legenda Putri Junjung Buih dan Patih Lambung Mangkurat dari Kerajaan Negara Dipa pada abad ke-12. Dalam legenda tersebut, Putri Junjung Buih meminta selembar kain berwarna kuning dengan motif padiwaringin sebagai syarat untuk menampakkan diri. Kain tersebut kemudian dikenal sebagai kain Langgundi, yang di yakini sebagai cikal bakal Sasirangan.
Secara etimologis, “Sasirangan” berasal dari kata “sirang” atau “manyirang” dalam bahasa Banjar, yang berarti menjelujur atau menjahit dengan tangan. Teknik ini mencerminkan proses pembuatan kain yang khas, di mana pola di jelujur dengan benang sebelum di celupkan ke dalam pewarna alami atau sintetis.
Motif dan Filosofi
Sasirangan memiliki berbagai motif yang masing-masing mengandung makna filosofis dan spiritual. Beberapa motif populer antara lain:
-
Gigi Haruan: Melambangkan ketajaman pikiran dan semangat juang.
-
Bayam Raja: Simbol kekuatan dan ketahanan.
-
Kambang Tanjung: Melambangkan keindahan dan kesucian.
-
Naga Balimbur: Simbol kekuatan dan perlindungan.
Motif-motif ini tidak hanya memperindah kain, tetapi juga di percaya memiliki kekuatan magis untuk pengobatan dan perlindungan dari gangguan gaib.
Perkembangan dan Pelestarian
Dahulu, Sasirangan di gunakan dalam upacara adat dan sebagai alat pengobatan tradisional. Namun, seiring perkembangan zaman, kain ini mengalami desakralisasi dan kini lebih di kenal sebagai produk fashion yang dapat di kenakan sehari-hari. Meskipun demikian, nilai-nilai budaya dan spiritual yang terkandung dalam Sasirangan tetap di jaga oleh para pengrajin dan masyarakat Banjar.
Salah satu upaya pelestarian Sasirangan adalah melalui Kampung Sasirangan di Banjarmasin, yang menjadi sentra produksi dan destinasi wisata edukatif. Di sini, pengunjung dapat menyaksikan langsung proses pembuatan kain dan membeli produk-produk Sasirangan sebagai oleh-oleh khas Kalimantan Selatan.