Tinutuan: Bubur Manado yang Kaya Nutrisi dan Penuh Makna Budaya

Tinutuan: Bubur Manado yang Kaya Nutrisi

Tinutuan, atau yang lebih di kenal sebagai bubur Manado, adalah salah satu kuliner khas Sulawesi Utara yang telah menjadi ikon kuliner dan simbol identitas Kota Manado. Hidangan ini terkenal dengan perpaduan berbagai macam sayuran yang menghasilkan cita rasa unik dan kaya nutrisi.

Sejarah dan Asal-Usul

Asal-usul tinutuan tidak terdokumentasi secara pasti, namun banyak yang percaya bahwa makanan ini pertama kali muncul sebagai hidangan sederhana masyarakat Manado di masa lalu. Sejak zaman penjajahan, warga setempat telah memasak bubur dari campuran beras dengan aneka sayuran untuk menciptakan makanan yang tidak hanya mengenyangkan tetapi juga menyehatkan.

Komposisi dan Cita Rasa

Tinutuan merupakan bubur yang terbuat dari campuran beras, jagung manis, labu kuning, ubi jalar, bayam, kangkung, dan daun kemangi. Bubur ini memiliki cita rasa gurih dan segar, serta tekstur yang lembut. Biasanya, tinutuan di sajikan dengan tambahan ikan asin goreng dan sambal dabu-dabu, yang memberikan sensasi pedas dan asin yang khas.

Makna Budaya dan Identitas

Tinutuan bukan sekadar makanan, melainkan simbol kebersamaan dan identitas masyarakat Manado. Hidangan ini mencerminkan semangat gotong royong dan kebersamaan dalam masyarakat, karena biasanya di masak dalam jumlah besar dan di nikmati bersama-sama. Bahkan, tinutuan telah di jadikan sebagai moto Kota Manado sejak kepemimpinan Wali Kota Jimmy Rimba Rogi dan Wakil Wali Kota Abdi Wijaya Buchari periode 2005–2010.

Popularitas dan Kontroversi

Meskipun tinutuan merupakan hidangan yang kaya nutrisi dan memiliki nilai budaya yang tinggi, baru-baru ini kuliner ini masuk dalam daftar 25 makanan dengan rating terburuk di dunia versi situs ensiklopedia kuliner global, TasteAtlas. Namun, penilaian ini bukanlah cerminan mutlak atas kualitas makanan tersebut, melainkan lebih kepada preferensi rasa yang subjektif.